Saturday, June 20, 2015

Civilization dan Culture

Penggunaan kata civilization (peradaban) dan culture (kebudayaan) terkadang sering tertukar dan memusingkan. Hal ini terjadi karena konsep dari kedua istilah di atas sepintas terlihat mirip. Dalam bahasa inggris, perbedaan makna antara kebudayaan dann peradaban tidak terlalu terlihat (Bornstein, 2012). Akan tetapi, jika ditelaah lebih dalam terdapat perbedaan diantara keduanya. Sebelum membahas tentang perbedaan, akan lebih baik jika kita memahami dulu pengertian dan konsep dari peradaban dan kebudayaan.
Kata “peradaban” berasal dari kata “adab” yang artinya budi pekerti yang halus atau akhlak yang baik. Menurut Prof. Dr. Koentjayaraningrat (dalam Setiadi, 2006: 45), peradaban ialah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, peradaban ialah kemajuan dalam kecerdasan dan kebudayaan secara lahir dan batin. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa peradaban merupakan kemajuan baik kecerdasan manusia maupun kebudayaannya yang terjadi dari masa ke masa akibat dari lingkungan sekitarnya yang berkembang.
Setiadi, et al (2006) menjelaskan bahwa peradaban merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur-unsur kebudayaan yang perkembangannya telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan, teknologi, dan spiritual yang terlihat dari masyarakatnya. Sedangkan Alrt (2009) berpendapat bahwa peradaban adalah bentuk khusus dari organisasi kebudayaan. Jadi dapat juga dikatakan bahwa konsep peradaban ialah bagian dari kebudayaan yang sudah maju mencapai tingkat tertentu dan perkembanganya tidaklah singkat melainkan ini merupakan hasil dari evolusi  yang berlangsung lama dan bermakna.
            Istilah “kebudayaan” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti budi atau akal. Pengertian ini dikembangkan oleh beberapa ahli seperti E. B. tylor (dalam Setyadi, 2006: 27)  yang berpendapat bahwa kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarat. Selain itu, Albion Small (dalam Kroeber & kluckhohn, 1952:13) mengatakan bahwa kebudaayan adalah pengaturan terhadap alam yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan dan kesenian. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah segala hasil pikiran dan usaha manusia.
            Perbedaan antara peradaban dan kebudayaan dapat dilihat dari sifatnya. Menurut Merton (dalam Kroeber & kluckhohn, 1952:14), peradaban bersifat umum dan objektif sedangkan kebudayaan bersifat personal dan subjektif. Maksudnya ialah dalam peradaban hukum ilmiah dapat diverifikasi kebenarannya dan dicari hubungan yang ada. Dalam pengoperasiannya, siapapun yang melakukannya akan mendapatkan hasil yang sama sehingga peradaban terlihat lebih objektif. Lain halnya dengan kebudayaan yang bersifat subjektif karena tidak ada definisi yang jelas mengenai sesuatu dan lebih ditekankan kepada masing-masing individu.
            Selain sifat, perbedaan antara peradaban dan kebudayaan dapat dilihat dari aspeknya. Walaupun sama-sama ada dalam kehidupan manusia. Akan tetapi aspek yang dimiliki peradaban berbeda dengan aspek yang dimiliki kebudayaan. Merton (dalam Kroeber & kluckhohn, 1952:14) berpendapat bahwa aspek peradaban cenderung lebih akumulatif, lebih mudah menyebar, lebih rentan perjanjian dalam evaluasi dan lebih berkelanjutan kontinuitas dalam pembangunan daripada aspek budaya. Disini terlihat bahwa aspek-aspek pada peradaban lebih maju ketimbang aspek-aspek pada kebudayaan.
Berikut ialah contoh peradaban dan kebudayaan dari sejarah kolonial Belanda di Indonesia:
1.     Contoh Peradaban
·      Infrastruktur
Perkembangan peradaban manusia tidak bisa terlepas dari infrastruktur. Belanda terkenal dengan bendungan yang merupakan sebuah infrastruktur yang sangat bermanfaat dalam berbagai sisi kehidupan (seperti dalam pertanian untuk menyalurkan air sehingga sistem irigasi dapat berjalan lancar dan juga teknologi sebagai pembangkit listrik tenaga air). Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia memang diperbudak untuk membangun berbagai infrastruktur yang salah satunya adalah bendungan ini. Namun pada saat yang bersamaan, secara tidak langsung masyarakat Indonesia mendapatkan ilmu pengetahuan baru tentang bagaimana membuat bendungan yang terbukti kuat dan masih bisa digunakan hingga sekarang ini. Pengetahuan ini lah yang mendasari beberapa ilmuan Indonesia untuk bukan hanya mengadaptasi namun juga mengembangakan ilmu pembuatan bendungan sehingga dapat diaplikasikan dalam pembuatan bendungan di daerah lain. Selain bendungan, jalan raya merupakan salah satu infrastruktur yang berkembang pada masa itu. Contohnya “Jalan Daendles”, jalan tersebut dibangun Belanda untuk memperlancar urusan mereka. Sebelumnya, jalanan masih berupa tanah dan bebatuan yang susah untuk dilewati namun setelah dibuatnya jalan ini mobilisasi menjadi lebih cepat. Sepeninggalan Belanda, masyarakat sebagai pengguna jalan pun sadar akan manfaat dari “jalan raya” sehingga jalan raya pun dibuat diberbagai tempat dipenjuru tanah air. Tidak hanya itu, perkembangan peradaban ini pun menjadi cukup pesat yang ditandai dengan adanya jalan laying, terowongan dan juga jalan bebas hambatan.
·      IPTEK
Masa koloni Belanda pun memberi dampak positif tersendiri dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pada masa itu Indonesia diperkenalkan dengan sistem persenjataan, alat tempur, alat transportasi dan juga sistem komunikasi. Belanda melalukan alih teknologi yang berasal dari negara-negara barat. Masyarakat diajarkan cara menggunakannya secara langsung oleh mereka. Perkenalan dengan peradaban baru ini (dulunya bambu runcing) meningkatkan semangat masyarakat untuk melawan dan meraih kemerdekaan. Walaupun memang pada masa itu informasi yang diterima masih sangat terbatas karena batasan-batasan yang dilakukan pihak Belanda namun hal tersebut tidak menurunkan semangat juang masyarakat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.
·      Norma dan Nilai
Norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan fondasi peradaban bangsa Indonesia. Pancasila dibentuk atas hasil pemikiran yang tidak sebentar. Pancasila dibentuk atas dasar peristiwa yang dialami Indonesia selama bertahun-tahun lamanya. Belajar dari pengalaman (pada masa penjajahan Belanda-Jepang), Indonesia sampai pada peradaban yang semakin berkembang sehingga munculah Pancasila yang dapat mempersatukan bangsa. Nilai dan Norma yang terkandung dalam Pancasila menjadi patokan peradaban bangsa Indonesia untuk maju, bersaing dan terus berkembang.
·      Sistem Hukum
Sebagai mantan negara koloni Belanda, sistem hukum yang ada di Indonesia mengadopsi sistem hukum Belanda. Hampir keseluruhan sistem hukum yang ada di Indonesia berasal dari Belanda. Namun, sepeninggalan Belanda, ada beberapa sistem hukum yang diperbaharui dan direvisi guna menyesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia sekarang. Hal ini memperlihatkan perkembangan peradaban bangsa Indonesia dari perspektif hukum.

Daftar Acuan
Arlt, Herbert. 2009. Culture, Civilization & Human Society. Culture, Civilization & Human Society. Vol 1 diunduh pada tanggal 15 Desember 2014 dari http://www.eolss.net/Sample-Chapters/C04/E6-23.pdf
Botz-Bornstein, Thorsten. 2012. What is the Difference between Culture and Civilization? Two Hundred Fifty Years of Confusion  diunduh pada tanggal 15 Desember 2014 dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCQQFjAB&url=https%3A%2F%2Fjournals.lib.byu.edu%2Fspc%2Findex.php%2FCCR%2Farticle%2Fdownload%2F16276%2F15429&ei=1nmRVIDyA9CiuQTSxYK4CA&usg=AFQjCNH36iJCXEupEhbFdqadefIfbCewIQ&bvm=bv.82001339,d.c2E
Kroeber, A. L. dan Clyde kluckhohn. 1952. Culture: a Critical Review of Concept and Definitions. USA: The Museum
Setiadi, Elly M., et al. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

No comments:

Post a Comment