Saturday, June 20, 2015

Kajian Wacana: Sebuah Penafsiran terhadap Rentetan Kata Bermakna

Discouse Analysis”
Barbara Johnstone

Istilah Kajian Wacana, atau yang sering juga dikenal dengan Discourse Analysis, ialah studi bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, bahasa yang dimaksud ialah pembicaraan, komunikasi dan wacana. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kajian wacana, sebelumnya perlu diketahui arti dari istilah “wacana” dan “kajian”. Wacana merupakan tindakan komunikatif yang menggunakan bahasa standar. Sedangkan “kajian” ialah proses menganalisa sesuatu baik secara mental maupun mekanis dari berbagai sudut pandang. Jadi kajian wacana ialah proses menganalisa tindakan komunikatif sehari-hari untuk keperluan tertentu atau untuk memecahkan masalah tertenju.
Fokus dari kajian wacana adalah pada proses analisa dengan cara yang relatif eksplisit.  Kajian wacana tidak memfokuskan diri pada bahasa sebagai sistem yang abstrak namun lebih kepada kejadian-kejadian yang terjadi ketika seseorang mengaplikasikan ilmu bahasa yang mereka miliki. Sebagai sebuah metodologi, kajian wacana sangat bermanfaat dalam menjawab berbagai permasalahan, mulai dari permasalahan ahli bahasa sampai permasalahan bidang kemanusiaan dan ilmu sosial. Sebelum mengkaji suatu wacana, perlu diperhatikan beberapa unsur pembentuk wacana itu sendiri. Berikut ialah bagaimana wacana dibentuk oleh berbagai konteks.
1.     World (Dunia)
Wacana dibentuk oleh dunia. Maksud dari kalimat tersebut ialah wacana berhubungan erat dengan dunia (lingkungan sekitar). Hubungan antara wacana dan dunia dapat digambarkan seperti hubungan sebab akibat. Dalam hal ini dunia berperan sebagai sebab, sedangkan wacana adalah akibat. Manusia membawa dunia ke dalam pembicaraan, tulisan dan tanda. Dengan kata lain, wacana mencerminkan dan menciptakan pandangan manusia mengenai dunia.

Contoh:
Angga      : Dir, sudah nonton film Down of the Planet of Apes?
Dira         : Oh film yang tentang kera? Sudah, filmnya bagus. Keranya besar-besar dan berteman dengan manusia.

Dari percakapan tersebut, kata “kera” yang digarisbawahi merujuk pada kera sesungguhnya yang ada di dunia nyata. Begitu pula kata “berteman”, kata tersebut merujuk pada pengalaman berteman yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
    


2.     Language Structure (Struktur Bahasa)
Wacana dibentuk oleh struktur bahasa. Maksudnya adalah wacana dipengaruhi oleh kaidah struktur dan muncul dalam bentuk terstruktur. Hal ini terlihat pada saat sebuah paragraf atau cerita terlihat koheren dan  kohesi. Hal tersebut disebabkan karena penulisnya mengetahui aturan dan harus mematuhi kaidah tersebut agar paragraf atau cerita tersebut menjadi menarik dan mudah difahami. Jadi penulisan paragraf atau cerita sudah harus terstruktur dengan baik. Begitu pula dalam percakapan, ketika suatu wacana tidak terstruktur dengan baik maka akan muncul kebingungan.

Contoh:
Seseorang sedang berpidato dalam bahasa Inggris
Mr. Raffa : “……. Well, I thought thing I am going to the … tell is about my exprience….”

Ujaran yang dilontarkan bapak Raffa akan sulit untuk difahami oleh pendengar karena struktur kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah atau aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar.

3.     Participants (Pengguna Bahasa)
Wacana dibentuk oleh pengguna bahasa. Dalam hal ini, wacana sangat diperngaruhi oleh siapa yang terlibat dalam memproduksi dan menerima wacana tersebut. Pemilihan kata apa yang harus diujarkan atau dituliskan sangat tergantung pada siapa penutur , siapa pendengar dan siapa audiencenya.

Contoh:
Zacky lost his pencil and he wants to borrow one to his older brother.
Zacky                    : May I borrow you pencil, please?
Zacky’s brother    : Yup!

Dari wacana di atas, Zacky memilih kosakata yang cenderung lebih sopan karena ia sedang berbicara dengan kakaknya yang umurnya lebih tua darinya, sedangkan kakak Zacky menggunakan bahasa informal karena ia menyadari bahwa ia sedang berbicara dengan adiknya.
Ada dua keterkaitan aspek sosial dalam wacana, yaitu: Power (Kekuasaan) dan Community  (Komunitas). Kekuasaan berhubungan dengan rasa hormat dimana sebuah hubungan seimbang (beberapa pengguna lebih memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang terjadi dan bagaimana menginterpretasikannya). Sedangkan komunitas ialah grup sosial dimana setiap orang berbincang antara satu dengan yang lainnya tentang suatu topik di suatu situasi. Selain dua aspek tersebut, ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi wacana seperti, jenis kelamin, etnis, tingkatan sosial, asal-usul, kawan atau lawan, penghasilan, situasi dan kondisi (setting), dan pendidikan.

4.     Prior Discourse (expectation, presupposition)
Wacana dibentuk oleh wacana sebelumnya. Wacana memang dipengaruhi oleh wacana sebelumnya yang menjadi dasar pengetahuan atau mengalaman baik penutur maupun penerima. Misalnya saat menulis, bisa dipastikan bahwa teks yang ditulis berhubungan dengan teks-teks yang pernah dibaca sebelumnya oleh penulis. Jadi, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara wacana dan wacana sebelumnya. Dalam mengkaji sabuah wacana, perlu diperhatikan harapan (expectation) dan preanggapan (presupposition) karena hal itu memperngaruhi bagaimana pembaca atau pendengar menafsirkan wacana itu sendiri. Salah satu contoh dari Prior Discourse ialah Quotation dan Paraphrase.

Contoh:
Writing is one of language skills that have to be mastered. “Being able to write is a vital skill for speakers of a foreign language as much as for everyone using their own first language.” (Harmer, 2004:3). Thus, mastering writing skill is a must for student.

Dari paragraf tersebut, dapat diketahui bahwa kalimat yang yang digarisbawahi merupakan kutipan yang diambil penulis dari wacana lain yang ditulis oleh Jeremy Harmer.

5.     Medium (media)
Wacana dibentuk oleh media. Baik struktur maupun fungsi potensial suatu wacasa dapat berbeda tergantung media yang digunakan. Media yang dimaksud ialah apakah wacana tersebut diucapkan, ditulis, atau berupa tanda, apakah wacana itu mengkombinasikan  modalitas (gambar atau musik) dengan bahasa, dan apakah wacana muncul dalam interaksi tatap muka atau interaksi melalui telepon, televise, radio, atau computer. Hal tersebut perlu dipertimbangkan karena setiap wacana yang disampaikan melalui media yang berbeda akan berbeda pula bentuknya.

Contoh:
A conversation between two college students
(written)
We have 7 chapters to read in our Discourse Analysis assignment.



(spoken)
Ohh, you know one course,
The discourse analysis course, we have an assignment,
There are about 7 chapters to read.

Contoh di atas menunjukan perbedaan antara wacana yang digunakan dalam bahasa tulis dan dalam bahasa lisan.

6.     Purpose (tujuan)
Wacana dibentuk oleh tujuan. Dalam hal ini, untuk membentuk suatu wacana diperlukan adanya tujuan dari penutur. Penutur mengindikasi apa yang mereka maksud dengan apa yang mereka ujarkan. Lebih dari itu, untuk memahami bagaimana wacana bekerja perlu dipertimbangkan aspek tujuan (dari pembuatan dan penafsiran) dan motivasi penutur/penulis dalam wacana tersebut.

Contoh:
Andi         : “Bi…, sampahnya!”


Dari contoh percakapan Andi, dapat dianalisa bahwa Andi meminta atau memberi perintah kepada bibi (pembantunya) untuk membuang sampah.

No comments:

Post a Comment