Kata Autis berasal dari kata auto
yang berarti sendiri. Istilah autis pertama kali dikenalkan oleh Leo
Kanner pada 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai
ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan
dalam Longman Dictionary of
Language Teaching and Applied Linguitics, autis adalah ganguan pada orang
yang merusak komunikasi dan interaksi sosial. Jadi, kata
ini merujuk kepada seseorang yang suka menyendiri dan seakan-akan memiliki
dunianya sendiri.
Kelainan
ini sering dikenal dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Penyebab dari ASD ini
masih sulit ditemukan namun dugaan sementara adalah faktor genetik dan faktor
lingkungan. Ciri-ciri anak pengidap ASD ialah tidak memiliki kontak mata
terhadap lawan tuturnya dan sering menyendiri.
Kebanyakan
anak ASD bersekolah di sekolah luar biasa dan tidak banyak yang melanjutkan ke
perguruan tinggi. Lain halnya dengan anak-anak pengidap ASD yang berkuliah di
Politeknik Negeri Jakarta (PNJ). Anak-anak ini melanjutkan sekolahnya hingga ke
perguruan tinggi (PNJ). Akan tetapi, mereka dapat duduk dibangku perkuliah
bukan tanpa syarat. Ada persyaratan yang harus mereka penuhi agar bisa menjadi
mahasiswa di PNJ. Salah satunya adalah lulus SMA.
Saya
melakukan perbincangan dengan salah satu mahasiswa PNJ yang mengidap ASD. Dari
hasil perbincangan tersebut, diketahui bahwa ia merupakan lulusan Sekolah
Global Mandiri. Sekolah ini merupakan sekolah swasta yang cukup baik dikawasan
Cibubur. Selain itu, selama interaksi berlangsung tidak terlalu terlihat
berbedaan yang mencolok. Ia menggunakan bahasa yang baik dan benar namun
sedikit terlalu formal. Pada saat perbincangan berlangsung, kontak mata terjadi
namun tidak terlalu sering. Di akhir perbincangan pun ia sempat meminta nomor
telepon untuk bisa saling berinteraksi dikemudian hari. Hal ini saya tanggapi
dengan positif dengan bertukar nomor telepon.
Dari
perbincangan tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa dengan penanganan yang
tepat, anak dengan ASD juga dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Selain
itu, dengan kemauan yang besar dan tekad yang kuat dari sang anak, melanjutkan
sekolah hingga bangku kuliah adalah bukan hal yang mustahil. Tentunya hal ini
tidak lepas dari peran serta orang tua yang menerima keadaan anaknya dan
melakukan penanganan dini dan instensif sehingga kelainan ASD dapat berkurang.
No comments:
Post a Comment