“Discouse Analysis”
Barbara
Johnstone
Istilah
Kajian Wacana, atau yang sering juga dikenal dengan Discourse Analysis, ialah studi bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, bahasa yang dimaksud ialah pembicaraan,
komunikasi dan wacana. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kajian wacana,
sebelumnya perlu diketahui arti dari istilah “wacana” dan “kajian”. Wacana
merupakan tindakan komunikatif yang menggunakan bahasa standar. Sedangkan
“kajian” ialah proses menganalisa sesuatu baik secara mental maupun mekanis
dari berbagai sudut pandang. Jadi kajian wacana ialah proses menganalisa
tindakan komunikatif sehari-hari untuk keperluan tertentu atau untuk memecahkan
masalah tertenju.
Fokus dari
kajian wacana adalah pada proses analisa dengan cara yang relatif eksplisit. Kajian wacana tidak memfokuskan diri pada
bahasa sebagai sistem yang abstrak namun lebih kepada kejadian-kejadian yang
terjadi ketika seseorang mengaplikasikan ilmu bahasa yang mereka miliki.
Sebagai sebuah metodologi, kajian wacana sangat bermanfaat dalam menjawab
berbagai permasalahan, mulai dari permasalahan ahli bahasa sampai permasalahan
bidang kemanusiaan dan ilmu sosial. Sebelum mengkaji suatu wacana, perlu
diperhatikan beberapa unsur pembentuk wacana itu sendiri. Berikut ialah
bagaimana wacana dibentuk oleh berbagai konteks.
1.
World (Dunia)
Wacana dibentuk oleh dunia. Maksud dari
kalimat tersebut ialah wacana berhubungan erat dengan dunia (lingkungan
sekitar). Hubungan antara wacana dan dunia dapat digambarkan seperti hubungan
sebab akibat. Dalam hal ini dunia berperan sebagai sebab, sedangkan wacana
adalah akibat. Manusia membawa dunia ke dalam pembicaraan, tulisan dan tanda. Dengan
kata lain, wacana mencerminkan dan menciptakan pandangan manusia mengenai dunia.
Contoh:
Angga : Dir, sudah nonton
film Down of the Planet of Apes?
Dira :
Oh film yang tentang kera? Sudah, filmnya bagus. Keranya besar-besar dan
berteman dengan manusia.
Dari percakapan tersebut, kata “kera” yang digarisbawahi merujuk
pada kera sesungguhnya yang ada di dunia nyata. Begitu pula kata “berteman”,
kata tersebut merujuk pada pengalaman berteman yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Language Structure (Struktur
Bahasa)
Wacana dibentuk oleh struktur bahasa.
Maksudnya adalah wacana dipengaruhi oleh kaidah struktur dan muncul dalam
bentuk terstruktur. Hal ini terlihat pada saat sebuah paragraf atau cerita
terlihat koheren dan kohesi. Hal
tersebut disebabkan karena penulisnya mengetahui aturan dan harus mematuhi
kaidah tersebut agar paragraf atau cerita tersebut menjadi menarik dan mudah
difahami. Jadi penulisan paragraf atau cerita sudah harus terstruktur dengan
baik. Begitu pula dalam percakapan, ketika suatu wacana tidak terstruktur
dengan baik maka akan muncul kebingungan.
Contoh:
Seseorang sedang berpidato dalam bahasa Inggris
Mr.
Raffa : “……. Well, I thought thing I am
going to the … tell is about my exprience….”
Ujaran yang dilontarkan bapak
Raffa akan sulit untuk difahami oleh pendengar karena struktur kalimat yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah atau aturan penggunaan bahasa yang baik
dan benar.
3. Participants (Pengguna Bahasa)
Wacana
dibentuk oleh pengguna bahasa. Dalam hal ini, wacana sangat diperngaruhi oleh
siapa yang terlibat dalam memproduksi dan menerima wacana tersebut. Pemilihan
kata apa yang harus diujarkan atau dituliskan sangat tergantung pada siapa
penutur , siapa pendengar dan siapa audiencenya.
Contoh:
Zacky lost his pencil and he wants to borrow one to his older
brother.
Zacky :
May I borrow you pencil, please?
Zacky’s brother : Yup!
Dari wacana di atas, Zacky
memilih kosakata yang cenderung lebih sopan karena ia sedang berbicara dengan
kakaknya yang umurnya lebih tua darinya, sedangkan kakak Zacky menggunakan
bahasa informal karena ia menyadari bahwa ia sedang berbicara dengan adiknya.
Ada
dua keterkaitan aspek sosial dalam wacana, yaitu: Power (Kekuasaan) dan Community (Komunitas). Kekuasaan berhubungan dengan
rasa hormat dimana sebuah hubungan seimbang (beberapa pengguna lebih memiliki
kemampuan untuk menentukan apa yang terjadi dan bagaimana
menginterpretasikannya). Sedangkan komunitas ialah grup sosial dimana setiap
orang berbincang antara satu dengan yang lainnya tentang suatu topik di suatu
situasi. Selain dua aspek tersebut, ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi
wacana seperti, jenis kelamin, etnis, tingkatan sosial, asal-usul, kawan atau
lawan, penghasilan, situasi dan kondisi (setting), dan pendidikan.
4.
Prior Discourse (expectation,
presupposition)
Wacana dibentuk oleh wacana sebelumnya.
Wacana memang dipengaruhi oleh wacana sebelumnya yang menjadi dasar pengetahuan
atau mengalaman baik penutur maupun penerima. Misalnya saat menulis, bisa
dipastikan bahwa teks yang ditulis berhubungan dengan teks-teks yang pernah
dibaca sebelumnya oleh penulis. Jadi, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara
wacana dan wacana sebelumnya. Dalam mengkaji sabuah wacana, perlu diperhatikan
harapan (expectation) dan preanggapan (presupposition) karena hal itu
memperngaruhi bagaimana pembaca atau pendengar menafsirkan wacana itu sendiri.
Salah satu contoh dari Prior Discourse
ialah Quotation dan Paraphrase.
Contoh:
Writing
is one of language skills that have to be mastered. “Being able to write is
a vital skill for speakers of a foreign language as much as for everyone using
their own first language.” (Harmer, 2004:3). Thus, mastering writing skill
is a must for student.
Dari paragraf tersebut, dapat diketahui bahwa kalimat yang yang
digarisbawahi merupakan kutipan yang diambil penulis dari wacana lain yang
ditulis oleh Jeremy Harmer.
5.
Medium (media)
Wacana dibentuk oleh media. Baik struktur
maupun fungsi potensial suatu wacasa dapat berbeda tergantung media yang
digunakan. Media yang dimaksud ialah apakah wacana tersebut diucapkan, ditulis,
atau berupa tanda, apakah wacana itu mengkombinasikan modalitas (gambar atau musik) dengan bahasa, dan
apakah wacana muncul dalam interaksi tatap muka atau interaksi melalui telepon,
televise, radio, atau computer. Hal tersebut perlu dipertimbangkan karena
setiap wacana yang disampaikan melalui media yang berbeda akan berbeda pula
bentuknya.
Contoh:
A conversation between two
college students
(written)
We have 7 chapters to read in our
Discourse Analysis assignment.
(spoken)
Ohh, you know one course,
The discourse analysis course, we
have an assignment,
There are about 7 chapters to
read.
Contoh di atas menunjukan perbedaan antara wacana yang digunakan
dalam bahasa tulis dan dalam bahasa lisan.
6.
Purpose (tujuan)
Wacana dibentuk oleh tujuan. Dalam hal ini, untuk
membentuk suatu wacana diperlukan adanya tujuan dari penutur. Penutur
mengindikasi apa yang mereka maksud dengan apa yang mereka ujarkan. Lebih dari
itu, untuk memahami bagaimana wacana bekerja perlu dipertimbangkan aspek tujuan
(dari pembuatan dan penafsiran) dan motivasi penutur/penulis dalam wacana
tersebut.
Contoh:
Andi : “Bi…, sampahnya!”
Dari contoh percakapan Andi,
dapat dianalisa bahwa Andi meminta atau memberi perintah kepada bibi
(pembantunya) untuk membuang sampah.
No comments:
Post a Comment