1. Pendahuluan
Wacana merupakan gambaran dari suatu ide atau gagasan.
Bentuk dari sebuah wacana sangat bervariasi, ada yang tertuang dalam bentuk
tulis dan ada pula dalam bentuk lisan. Bahkan, ide atau gagasan yang masih
belum tertuang pun dapat dikatakan sebagai wacana.
Selain itu, dalam wacana bahasa digunakan sebagai alat untuk
mengkomunikasikan ide atau gagasannya. Seperti yang disampaikan Johnstone
(2008: 2), wacana merupakan alat komunikasi aktual yang menggunakan bahasa
sebagai medianya. Dengan demikian, bahasa memiliki peran yang penting karena
bahasa merupakan satu-satunya media untuk berwacana. Menurut Harris (dalam
Kridalaksana, 2008: 259), wacana merupakan satuan bahasa terlengkap. Hal ini disebabkan
karena biasanya wacana direalisasikan dalam suatu bentuk karangan yang utuh.
Salah satu contoh wacana ialah narasi. Narasi mencatat
pengalaman manusia melalui pembangunan dan rekonstruksi cerita pribadi (Webster
& Mertova, 2007). Artinya, narasi merupakan sarana untuk memaknai
pengalaman hidup manusia. Webster & Mertova (2007) mengatakan bahwa manusia
memahami kehidupannya berdasarkan pada narasi yang mereka miliki. Maka dari
itu, kisah pengalaman hidup manusia selalu menarik untuk diperbincangkan karena
hanya melalui kisah hidup pengalaman dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya.
Terutama jika kisah tersebut berkenaan dengan jalan hidup seseorang yang menentukan
fase hidup selanjutnya seperti dalam pemilihan profesi.
Profesi yang dijalanin setiap orang pada saat ini tidak
terlepas dari kisah yang melatarbelakanginya. Baik profesi itu dimaknai sebagai
takdir ataupun pilihan pasti tetap ada kisah dibalik pemilihan profesi tersebut.
Kisah inilah yang diangkat dalam penelitian ini. Kisah dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi sebagai penentu profesi yang dijalani.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengkaji
empat hal. Pertama, penelitian ini ingin mengkaji apakah semua elemen yang
diajukan Labov Waletzky (1976) ada dalam setiap wacana naratif lisan. Jika
tidak, maka elemen apa yang paling sering muncul dalam narasi lisan tersebut.
Lalu, Bagaimana alur cerita dalam narasi lisan. Yang terakhir adalah bagaimana
pandangan responden mengenai profesi guru
dan dimana letak pandangan tersebut berada.
2.
Teori Narasi dalam Wacana Lisan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, narasi ialah cerita atau
deskripsi suatu kejadian atau peristiwa. Dengan kata lain, narasi digunakan
untuk menceritakan suatu kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Herman dan
Vervaeck (2001) mendefinisikan narasi sebagai rentetan peristiwa. Sedangkan, Gerald
Prince (dalam Eriyanto, 2013) melihat narasi sebagai representasi dari
peristiwa-peristiwa atau rangkaian peristiwa. Maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa suatu wacana dapat dikatakan sebagai narasi jika wacana tersebut terdiri
dari rangkaian beberapa peristiwa. Sebuah narasi setidaknya terdiri dari dua
klausa yang masing-masing klausa terdiri dari peristiwa yang berbeda sehingga
ada suatu kronologi yang muncul (Labov dalam Johnstone, 2008).
Narasi dapat tertuang dalam bahasa tulis maupun lisan. Akan tetapi
narasi yang berasal dari realita kehidupan manusia biasanya diceritakan melalui
bahasa lisan. Labov dan Waletzky ialah dua socio-linguist
yang melakukan penelitian terhadap narasi lisan melalui percakapan. Mereka
mendefinisikan naratif sebagai salah satu metode rekapitulasi pengalaman masa
lalu dengan cara mencocokkan urutan klausa verbal dan urutan peristiwa yang
benar-benar yang berlangsung (Labov dan Waletzky, 1967).
Hasil dari penelitian Labov dan Waletzky (dalam Johnstone,
2008: 92) menghasilkan konsep dasar struktur narasi yang terdiri dari enam elemen.
Berikut ialah elemen-elemennya:
a.
Abstrak
(abstract)
Abstrak ialah ringkasan cerita yang
berisi satu atau dua klausa. Fungsi dari abstak ini ialah untuk memulai cerita.
Seperti yang disampaikan Johnstone (2008: 92) bahwa abstrak memberi informasi
bahwa narator siap untuk bercerita. Biasanya, opik yang akan diceritakan akan
dinyatakan pada elemen ini.
b.
Orientasi
(orientation)
Orientasi memberikan informasi mengenai tokoh,
situasi, tempat dan waktu (Renkema, 2004). Pada bagian ini, akan dideskripsikan
tokoh yang ada dalam narasi tersebut, kapan peristiwa itu terjadi dan bagaimana
situasi dalam narasi tersebut. Menurut Labov dan Waletzky (1976), tidak semua
narasi memiliki elemen ini dan bagian ini pun sering terlewatkan dalam narasi
yang diproduksi oleh anak-anak dan orang dewasa yang kurang dalam kemampuan
verbalnya.
c.
Komplikasi
(complication)
Komplikasi ialah peristiwa yang utama
dalam sebuah narasi (Renkema, 2004; Labov & Waletzky, 1976). Peristiwa yang masuk kategori ini, menurut
Johnstone (2008: 93) akan meningkatkan ketegangan audience. Elemen ini terdiri
dari beberapa klausa yang menjelaskan permasalahan yang terjadi. Puncak darir permasalahan
tersebut sering disebut dengan klimaks.
d.
Evaluasi
(evaluation)
Evaluasi ialah peristiwa dimana penilaian
terhadap kisah itu terjadi. Dalam elemen ini, narator (responden) menilai peristiwa
yang ada pada narasi mereka sehingga mereka menemukan resolusi dari
permasalahan yang terjadi. Elliot (2005) berpendapat bahwa evaluasi menunjukkan
apa makna dari peristiwa tersebut bagi narator dan juga menunjukkan tujuan dari
cerita agar cerita tersebut menjadi jelas bagi penonton.
e.
Resolusi
(resolution)
Resolusi merupakan peristiwa yang
menghilangkan ketegangan dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Selain
itu, komplikasi pun teratasi pada elemen ini.
f.
Koda
(coda)
Koda ialah kalimat penutup dalam suatu narasi.
Menurut Labov dan Waletzky (1976), koda adalah sebuah perangkat fungsional (elemn)
untuk kembali pada perspektif verbal pada saat cerita dimulai. Biasa pesan
moral dari cerita tersebut terdapat pada elemen ini.
Dalam
penelitian ini, elemen narasi yang dipaparkan Labov dan Waletzky (1976) di atas
digunakan untuk melihat bangunan narasi yang diujarkan oleh responden.
3. Metode
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan purposive sampling sebagai
teknik pemilihan samplenya. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah
dokumentasi dengan menggunakan perekam suara. Data dalam penelitian ini ialah
transkrip hasil wawancara yang dilakukan pada empat guru di SMP Quantum
Indonesia. Setiap responden diberikan pertanyaan “Kenapa anda memilih guru
sebagai profesi yang ditekuni sekarang?”. Dari pertanyaan tersebut diharapkan
ada narasi yang muncul, akan tetapi bila narasi tidak muncul akan diajukan
pertanyaan selanjutnya (“bagaimana awalnya anda memilih guru sebagai profesi
anda?) untuk memgembangkan percakapan sehingga narasi akan muncul.
Setiap tuturan
dari hasil transkrip wawancara yang mengandung narasi akan dikaji berdasarkan
teori struktur narasi Labov dan Waletzky (1976). Narasi yang akan dikaji ialah
kisah hidup para respoden saat menentukan profesi sebagai guru.
Langkah-langkah
ilmiah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah menentukan subjek analisis,
menentukan teori analisis, mengumpulkan data, membuat transkrip hasil
wawancara, menganalisis data dengan menggunakan teori strukrut narasi Labov dan
Waletzky, dan membuat laporan penelitian.
4. Hasil
dan Pembahasan
4.1. Analisa Struktur Narasi
Berikut ialah hasil analisa struktur
narasi yang terdapat pada transkrip hasil wawancara berdasarkan teori Labov dan
Waletzky (1976):
a.
Abstrak
(Abstract)
Berdasarkan transkrip hasil wawancara, hanya
2 dari 4 responden (R) yang memunculkan abstrak dalam narasinya, yaitu R1 dan R4.
·
R1
Ujaran : “Awalnya sih ga mau jadi guru”
Analisa : Kalimat di atas ialah abstrak yang
digunakan R1 untuk membuka ceritanya. Dari ujaran dia atas dapat diketahui
bahwa topik yang akan dibicarakan R1 ialah guru bukan profesi yang ia inginkan.
·
R4
Ujaran : “awalnya tu sebenernya berawal dari
saya suka olahraga”.
Analisa : Ujaran tersebut digunakan R4 untuk
membuka ceritanya. Dari ujaran terbebut juga terlihat bahwa topik yang akan
diceritakan selanjutnya adalah profesi yang akan dikaitkan dengan kesukaannya
terhadap olahraga.
b.
Orientasi
(Orientation)
Pada transkrip hasil wawancara, sebagian
besar responden menerangkan tokoh dan hanya sebagian kecil yang memunculkan
waktu.
·
R1
Ujaran : “Ni
ya, awalnya pengennya saya jadi dokter,…”
Analisa : R1 menampilkan tokoh pada elemen
orientasinya. Ia memperkenalkan dirinya sebagai orang yang miliki cita-citanya
untuk menjadi dokter.
·
R2
Ujaran : “awalnya waktu pas sma itu termotifasi
sama guru sama itu karena cara ngajarnya tu enak”
Analisa : R2 menampilkan waktu dan tokoh. Waktu
yang diungkapnya ialah pada saat R2 duduk dibangku SMA Berbeda dengan R1, R2
memunculkan tokoh guru smanya bukan tokohnya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
R2 sangat mengagumi guru tersebut.
·
R3
Ujaran : “Awalnya saya bukan seseorang yang
belajar tentang pendidikan. Saya backgroundnya adalah sastra dan sama sekali
tidak belajar yang namanya pendidikan.”
Analisa : Dalam tuturannya, R3 menerangkan tentang
dirinya sendiri (tokoh) dan latar belakang pendidikannya. Jelas sekali, ia
ingin memperkenalkan dirinya sebagai orang yang kompeten dalam dunia pendidikan
walau ia sama sekali bukan berasal dari dunia pendidikan.
·
R4
Ujaran: “saya
suka dulu waktu SD Karate kemudian suka main bola. Cuma yang lebih banyak tu saya
tekuni sepak bola karena cita-citanya dulu ingin jadi atlet sepak bola. Karena
suka main bola selain cita-cita jd pesepak bola, punya harapan juga kedepannya
ingin jadi pelatih. Nah, pada saat itu zaman-zamannya SD eh SMP saya suka
dibawa tu sama pelatih saya ke UNJ. saya ikut sekolah sepak bola dan kebetulan
pelatih saya itu mahasiswa dari kepelatihan dari UNJ. Nah, di situ saya
tertarik tu ngeliat kampusnya kok pelatih saya tu kuliahnya main bola,
gerak-gerak gitu kayanya tu seru tu. Mungkin dengan cita-cita saya sebagai
pemain bola atau emm pelatih mungkin gampang buat masuk situ. Akhirnya, berawal
dari situ begitu lulus SMA…”
Analisa:
Orientasi yang diceritakan R4 menerangkan tokoh dan waktu. Waktu yang
diceritakan ialah mulai dari waktu SD, SMP, hingga SMA. Tokoh yang diungkapkan
ada dua, yaitu pelatihnya dan dirinya sendiri. Pelatih SBBnya dimunculkan
karena dianggap sebagai tokoh yang berperan penting dalam cerita ini. Selain
itu, R4 menerangkan disinya sebagai seseorang yang mempunyai minat pada bidang
olahraga yang ditunjukkan dengan banyaknya bidang olahraga yang ia bisa sejak
SD seperti karate dan sepak bola.
c.
Komplikasi
Dalam transkrip hasil wawancara, semua
responden mengutarakan komplikasi yang mereka alami.
·
R1
Ujaran : “karena ada beberapa hal emm dan lain
sebagainya.”
Analisis : komplikasi terjadi saat sesuatu hal menimpa
R1 dan hal tersebut menghalanginy untuk menggapai impiannya menjadi dokter.
Awalnya R1 tidak mengungkapkan apa yang terjadi pada saat itu dalam narasinya,
namun setelah ditelusuri lagi ternyata penyebabnya adalah gagalnya R1 dalam
ujian SMNPTN.
·
R2
Ujaran : “Sebenarnya ada dua pilihannya. Awalnya
tadinya mau ngambil Biologi antara Biologi sama Matematika.”
Analisis : Komplikasi dalam cerita R2 terjadi saat ia
memilih jurusan mata pelajaran yang akan diambil. R2 mengalami dilema antara
Biologi atau matematika.
·
R3
Ujaran : “Tapi karena saya suka mengajar.”
Analisis : Dalam narasinya, yang menjadi permasalahan
adalah jurusan R3 bukan dari bidang pendidikan namum passionnya adalah mengajar.
Hal ini menimbulkan kebimbangan dalam dirinya sendiri
·
R4
Ujaran : (Komplikasi 1) “begitu lulus SMA tu
dilemma. Ada beberapa … sodara, menyarankan masuknya teknik sipil atau teknik
industrI. Tapi buat om, ad om 1 ada bibi 2 menyarankan jadi guru aja, guru
olahraga.”
(Komplikasi 2) “… ga masuk di UI ga di
Unsri. Tapi orang tua menyarankan harus wajib kuliah di negeri.”
(Komplikasi 3) “Pada saat saya kuliah
pada saat saya latihan ternyata banyak cedera dan kebetulan pada saat itu orang
tua sudah sudah mau pension.”
Analisis : Komplikasi yang diceritakan R4 bertingkat
mulai dari dilema memilih jurusan dengan intervensi sana-sini, sampai
kemungkinan-kemungkin yang sebelumnya tidak terfikirkan seperti cedera saat
latihan dan juga orang tua yang pensiun. Dari tiga komplikasi yang di atas,
klimaks terjadi pada komplikasi tiga dimana R4 harus menggantikan peran orang
tuanya sebagai tulang punggung yang mengharuskannya menafkahi atau setidaknya
membantu keluarganya dalam hal keuangan.
d.
Evaluasi
Dalam transkrip hasil wawancara semua
reponden melakukan evaluasi terhadap permasalahannya.
·
R1
Ujaran : “Jadi, terkalahkan jadi dokternya.”
Analisa : Pada tahap ini, R1 menyadari bahwa ia
tidak bisa masuk jurusan Kedokteran. Berangkat dari evaluasi ini akhirnya ia
tidak terpuruk yang tetap melanjutkan hidup dengan memilih jalan yang lain,
yaitu menjadi guru.
·
R2
Ujaran : “cuma ngeliat kedepannya…”
Analisa : Pada saat dilemma menghadang R2, ia tetap
tenang dan melihat realita di sekitarnya. Ia mengevaluasi permasalahannya
dengan mempertimbangkan prospek antara matematika dan biologi di masa yang akan
datang.
·
R3
Ujaran : “saya suka anak kecil”
Analisa : Kesukaan R3 kepada anak-anak menjadi
bahan evaluasi bahwa ia memang harus memilih profesi dari dunia pendidikan
terutama disekolah yang terdapat banyak anak-anak.
·
R4
Ujaran : “Toh sebelumnya udah aktif dibidang sepak
bola.”
(Evaluasi komplikasi 1)
“pilihan terakhir saya masih inget
pilihan duli cita-cita saya pengen ke UNJ.”
(Evaluasi komplikasi 2)
“dan kebetulan saya adalah anak pertama
yang harus jadi tulang punggung keluarga.”
(Evaluasi komplikasi 3)
Analisa : Ada tiga evaluasi yang ditemukan dalam
ujaran R4. Evaluasi yang pertama terkait dengan komplikasi yang pertama, yaitu
saat bingung untuk memilih jurusan ada sanak saudara yang menyaranakan untuk
menjadi guru olahraga karena memang sebelumnya R4 telah lama bergelut dengan
bidang olahraga. Selanjutnya evaluasi ke-2, setelah R4 tidak diterima pada SPMB
ia mencoba mengevaluasi dirinya dan mencari jalan keluar dan ia teringat akan
cita-citanya dulu. Evaluasi yang terakhir ialah saat orang tua R4 pensiun.
Pertimbangan bahwa ia adalah anak pertama yang akan menggantikan posisi orang
tua sebagai tulang punggung menjadi bahan evaluasi sebelum selanjutnya ia
mencari resolusi dari permasalahannya.
e.
Resolusi
Berdasarkan transkrip hasil wawancara, setiap
narasi memiliki resolusi. Berikut ialah analisa resolusi yang terdapat dalam
transkrip hasil wawancara.
·
R1
Ujaran : “akhirnya saya beralih profesi
menjadi guru”
“saya pengen banget jadi
dokter otomatis saya ambil kebetulan saya ambil bidangnya biologi. Jadi dengan saya
belajar biologi. Saya juga bisa belajar pelajaran dokter..”
Analisa : Solusi yang diambil R1 terhadap
permasalahan yang ia hadapi ialah mengambil jurusan yang hampir mirip dengan dokter
yaitu biologi. Dengan itu, rasa kecewanya sedikit terobati. Selain itu, dari
ungkapan yang diutarakan R1 terkesan bahwa R1 tidak menyesal walau ditakdirkan
menjadi seorang guru bukan sebagai dokter..
·
R2
Ujaran : “Ngeliat ke depannya kayanya Matematika
peluangnya lebih besar dibanding Biologi”
Analisa : Setelah melihat prospek perkembangan
kedepan, akhirnya R2 memilih Matematika karena ia menganggap perkembangan
Matematika akan lebih pesat dibandingkan dengan Biologi. Maka dari itu, memilih
Matematika ia anggap sebagai solusi yang tepat dari permasalahannya.
·
R3
Ujaran : “Jadi saya memilih profesi sebagai
seorang guru.”
Analisa : Untuk menanggulangi permasalahan dalam
dirinya sendiri, R3 akhirnya mengambil keputusan untuk menjadi seorang guru.
·
R4
Ujaran : “Akhirnya saya mengambil keputusan pada
saat itu, saya coba ngikutin om yang menyarankan untuk jadi kontraktor yang
disarankan untuk jadi apa teknik sipil. Akhirnya pas SPMB saya ambil kesempatan
teknik sipil.”
(Resolusi Komplikasi 1)
“Akhirnya saya tes lah ke UNJ. Itu tes
terakhir. Pada saat itu hanya dapat tes kemampuan cabang. Dan Alhamdulillah
masuk, di situ saya coba masuk UNJ tapi masih tetep cita-cita pengen jadi
pemain sepak bola atau pelatih”
(Resolusi Komplikasi 2)
“Maka saya ambil keputusan gimana saya
harus dapet cepet bekerja. Dan pada saat itu saya berfikirnya, pekerjaan yang
paling cepat saya dapet adalah sebagai guru “
(Resolusi Komplikasi 3)
Analisa : Dalam narasi R4, setiap komplikasi
memiliki solusi. Solusi yang pertama ialah ia memilih SPMB dengan jurusan
teknik sipil. Setelah hasil tes keluar dan dinyatakan tidak lulus, ia memilih
UNJ. Saat orangtua pension, guru lah profesi yang dipilih karena ia menganggap
guru adalah profesi yang paling mudah ia dapatkan.
f.
Koda
Berdasarkan hasil analisa terhadap
transkrip wawancara, hanya terdapat dua responden yang memunculkan koda, yaitu
R1 dan R4.
·
R1
Ujaran : “Dan nanti saya akan mencetak dokter. Gitu.
Kedepannya sih seperti itu.”
Analisa : R1 menggunakan ungkapan di atas sebagai
penutup ceritanya. Selain itu, ia lebih menekankan lagi bahwa keinginannya di
masa yang akan datang akan seperti yang ia harapkan (seperti dalam ceritanya)
·
R4
Ujaran : “karena buat jadi pemain sepakbola
sudah kalah bersaing karena banyak cedera, pelatih juga belum cukup
kemampuannya. Akhirnya, ngambil guru. Gitu.”
Analisa : Ungkapan di atas digunakan R4 untuk
mengakhiri ceritanya. Dari ungkapan tersebut terlihat bahwa guru merupakan
pilihan terakhirnya.
Dari
hasil analisa di atas, keenam struktur narasi Labov dan Waletzky beserta eksistensi
elemennya dapat dilihat melalui table di bawah ini.
Responden
|
Struktur Narasi
|
|||||
Abstrak
|
Orientasi
|
Komplikasi
|
Evaluasi
|
Resolusi
|
Koda
|
|
1
|
✔
|
✔
|
✔
|
✔
|
✔
|
✔
|
2
|
-
|
✔
|
✔
|
✔
|
✔
|
-
|
3
|
-
|
✔
|
✔
|
✔
|
✔
|
-
|
4
|
✔
|
✔
|
✔
|
✔
|
✔
|
✔
|
Tabel 1.1
Struktur Narasi Responden
Berdasarkan
tabel 1.1, dapat disimpulkan bahwa tidak semua narasi memiliki enam elemen yang
diajukan Labov dan Waletzky (1976). Selain itu, elemen yang pasti muncul dalam
setiap narasi ialah orientasi, komplikasi, evaluasi dan resolusi.
4.2. Analisa Alur Cerita (plot)
Alur cerita atau
yang sering juga dikenal dengan plot merupakan suatu unsur yang terdapat dalam
suatu narasi. Menurut Eriyanto (2013: 16), alur (plot) adalah peristiwa yang
eksplisit ditampilkan dalam teks. Dengan kata lain, alur ialah jalan cerita
yang ditampilkan dalam suatu wacana. Untuk memahami suatu cerita kita perlu
memahami alur. Maka dari itu alur sangatlah penting bagi sebuah cerita. Dalam
narasi biasanya, narator menyajikan atau memodifikasi alur (urutan peristiwa
tidak mengikuti kronologi waktu) sehingga cerita menjadi lebih menarik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bawah dalam narasi
lisan kebanyakan alur ceritanya memilik struktur yang dapat diilustrasikan seperti gunung.
Namun tidak semuanya seperti gunung karena ada pula yang seperti pegunungan.
Walaupun berbeda, jika diamati lebih dalam akan terlihat konsep yang sama yaitu
dimulai dari keadaan biasa atau tenang, lalu muncul permasalahan, dan kemudian
mengatasi permasalahan tersebut.
4.3. Analisa Pandangan: Narasi sebagai sarana mengekspresikan
pandangan
Narasi bukan
hanya deskripsi dari rentetan peristiwa yang telah terjadi. Melainkan, dapat
menjadi sarana untuk mengungkapkan pandangan narrator tentang sesuatu. Berikut
ini ialah pandangan responden mengenai profesi guru yang dianalisa dari
tuturannya:
·
RI
“Dan nanti saya akan mencetak dokter. Gitu.
Kedepannya sih seperti itu.”
Dari tuturan di atas yang terdapat pada
elemen koda, dapat disimpulkan bahwa RI melihat profesi guru sebagai profesi
yang berperan penting dalam membangun generasi muda guna memajukan bangsa. Ia
pun menganggap profesi guru adalah profesi yang hebat dan berada di atas
profesi dokter karena seorang guru dapat mencetak dokter.
·
R2
“awalnya waktu pas sma itu termotifasi
sama guru sama itu karena cara ngajarnya tu enak”
Melalui tuturan di atas yang terdapat
pada elemen orientasi, R2 berpandangan bahwa guru ialah suatu sosok yang patut
untuk ditiru. Selain itu, guru dapat menjadi motivator bagi siswa siswinya.
·
R3
“Awalnya saya bukan seseorang yang
belajar tentang pendidikan. Saya backgroundnya adalah sastra dan sama sekali
tidak belajar yang namanya pendidikan”
Dari ujaran di atas yang terdapat pada
elemen orientasi, R3 berpendapat bahwa profesi guru ialah profesi yang dapat
dijalani meski tidak memiliki latar belakang pendidikan.
·
R4
“karena buat jadi pemain sepak bola sudah
kalah bersaing karena banyak cedera, pelatih juga belum cukup kemampuannya. Akhirnya,
ngambil guru. Gitu”
Tuturan di atas terdapat pada elemen
koda. Melalui tuturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa profesi guru adalah
profesi yang mudah didapat. Artinya, profesi ini banyak dibutuhkan dan masih
memiliki lapangan kerja yang luas. Sayangnya, dengan membandingkan profesi guru
dengan profesi lain, seolah-olah R4 beranggapan bahwa untuk menjadi guru,
seseorang tidak harus memiliki kemampuan yang bagus, seadanya saja sudah cukup.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisa terhadap transkrip hasil percakapan, peneliti menyimpulkan bahwa tidak
semua narasi lisan mengandung enam elemen struktur narasi yang diutarakan Labov
dan Waletzky (1976). Walaupun memang enam elemen tersebut terdapat dalam
beberapa narasi. Selain itu, untuk memahami alur dari sebuah narasi
setidak-tidaknya harus ada empat elemen utama yaitu, orientation, complication,
evaluation dan resolution. Elemen-elemen ini lah yang sangat berperan penting
untuk membangun sebuah narasi sehingga cerita menjadi menarik.
Alur narasi dalam
kisah hidup manusia dapat diibaratkan seperti sebuah gunung. Akan tetapi ada
pula yang seperti pegunungan dimana ketinggian dari setiap puncak tidak sama.
Artinya, seseorang akan menanjak dari bawah dan sampai pada puncak
permasalahan. Ketika ia mulai turun untuk mencari solusi, sebelum pemecahan
masalah dapat ditemukan akan muncul masalah baru yang membuat ia kembali naik
ke atas (lain puncak). Lalu, ia akan mencari solusi lagi. Begitu seterusnya
hingga permasalahannya terpecahkan satu demi satu dan ia kembali turun dari
pegunungan tersebut. Hal ini menggambarkan perjalanan hidup manusia yang
panjang dan menarik untuk diceritakan karena kita dapat belajar melalui
pengalaman tersebut. Dengan demikian, setiap pengalaman hidup mengandung arti
dan makna tertentu dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi naratornya sendiri
maupun orang lain yang mendengar ceritanya.
Selain dapat
digunakan untuk bahan evaluasi, narasi juga dapat digunakan untuk melihat
pandangan seseorang mengenai sesuatu. Dari hasil analisa terhadap narasi lisan
dari para responden, ditemukan pandangan mereka mengenai sosok guru
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pola pikir dan
pandangan yang berbeda-beda. Namun, penelitian ini menemukan bahwa pandangan
seseorang dapat ditemukan pada dua elemen yaitu orientasi dan koda. Dalam
narasi yang memiliki struktur lengkap
(enam elemen), pandangan dapat ditemukan pada koda. Sedangkan dalam narasi yang
tidak memiliki koda, pandangan ditemukan pada elemen orientasi.
Daftar Acuan
Elliot, Jane. 2005. Using Narrative in Social Research. London: Sage Publications
Eriyanto. 2013. Analisis
Naratif: Dasar-dasar penerapannya dalam analisis teks berita media.
Jakarta: Kencana
Herman, Luc. & Bart Vervaeck. 2001. Handbook of Narrative Analysis. USA: University
of Nebraska Press
Johnstone, Barbara. 2008. Discourse Analysis 2nd Ed. UK: Blackwell Publishing
Labov, William & Joshua Waletzky. 1967. Narrative
analysis: Oral versions of personal experience. In J. Helm (ed.). Essays on the Verbal and Visual Arts.
Saettle: University of Washington Press, pp. 12-44
Renkema, Jan. 2004. Introduction
to Discourse Studies. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company
Webster, Leonard & Patricie Mertrova. 2007. Using Narrative Inquiry as a Research Method.
Oxon: Routledge
No comments:
Post a Comment